{29:45} اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ |
29:45 Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya peringatan Allah adalah lebih besar. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
|
Tanty berkata :
Salamun alaikum,
Tata cara ritual sholat lima waktu yang kita kenal sekarang dan merupakan hal yang paling penting wajib dilakukan penganut agama Islam jika tidak ingin masuk neraka, ternyata tidak ditemukan dalam Quran. Dan oleh karena itu harus merujuk pada sumber selain Quran yaitu buku karangan dari Bukhari dan Muslim yang hidup 2 abad setelah Muhammad wafat. Kejadian asal mula perintah sholat-pun yaitu Isra Miraj yang merupakan hal yang paling penting dalam ajaran ulama merupakan kejadian dimana perintah sholat diberikan pada Muhammad juga sama sekali tidak terekam dalam Quran.
Kisah yang seolah-olah menyerupai kejadian perjalanan itu dalam Quran adalah kisah seorang hamba berpindah dari Al-masjidil Al-Harami ke Al-masjidil Al-Aqsa (para ulama mengatakan dari mesjid Haram di Mekah ke mesjid Aqsa di Palestina) yang terdapat dalam satu ayat saja yaitu dalam ayat (17 :1). Jika mau jujur kisah ini bukan menceritakan kisah Muhammad melainkan kisah Nabi Musa. Sebab dalam ayat pertama yang merupakan awal dari surat Al-Isra menceritakan perpindahan seseorang hamba Tuhan dan secara langsung diterangkan pada ayat kedua (17:2) bahwa hamba tersebut adalah Musa.
Dalam buku-buku hadis sebaliknya kejadian Isra Miraj merupakan cerita yang paling panjang. Namun sangat-sangat tidak masuk akal sebab terjadi tawar-menawar antara Tuhan dan Muhammad seperti tawar menawar yang biasa terjadi jika kita berbelanja di pasar-pasar. Tawar menawar itu adalah berapa banyak sholat harus dilakukan dalam sehari. Tuhan menginginkan 50 kali dalam sehari namun setelah melalui tawar menawar yang sengit pada akhirnya turun sedikit demi sedikit dengan bantuan Roh Musa dan Ibrahim dapat ditawar hingga hanya 5 kali sehari saja . Belum lagi cerita bahwa Muhammad naik ke kerajaan Allah dengan menggunakan sejenis binatang bernama Bouraq sangatlah mengada-ada. Dan satupun tak ada keterangan mengenai ini semua dalam Quran. Jika seseorang menggunakan nalar dan ingin mempercayai Quran secara penuh tentu akan menilai bahwa kisah itu adalah bohong semata. Ada diantaranya yang marah dengan cerita tawar-menawar ini dilihat dari sisi Muhammad yang dianggap bodoh karena harus terus-menerus dinasihati Musa yang menyuruhnya balik lagi ke hadapan Allah karena perintahnya terlalu berat. Cobalah kita pikir lebih mendalam lagi apakah patut kita mempercayai cerita seperti ini?
Esensi dari kejadian Isra Miraj dalam Quran sebetulnya adalah pelajaran moral bagi manusia yang diambil dari kisah kehidupan Musa dimana ia melalui suatu proses atau berpindah dari keadaan Al-masjidil Al-harami atau patuh (masjidil = patuh dari akar kata sujud) hanya karena adanya larangan (haram=larangan) ke keadaan dimana ia mencapai level yang lebih jauh (aqsa=jauh). Pesan yang sangat dalam maknanya ini dan menuntut intelektualitas dan perenungan, oleh para ulama dirubah dengan mengatakan mesjid haram itu dekat dan mesjid aqsa jauh sebab adanya di Palestina? suatu anggapan yang dapat membuat geli dan sama sekali sekali tidak mengandung pesan moral. Analogi dari Al-Masjidil Al-harami adalah patuh karena adanya perangkat hukum seperti pengemudi yang tidak berani melanggar lampu merah karena ia melihat polisi. Ini adalah bentuk kepatuhan dasar. Selanjutnya Al-masjidi Al-Aqsa adalah bentuk yang lebih jauh dari kepatuhan yaitu kesadaran diri sendiri untuk tidak melanggar hukum walaupun ia tidak melihat polisi berdiri.
Seperti kita tahu dalam Quran juga bahwa Musa pernah membunuh orang dengan alasan yang tidak tepat. Karena ia dendam demi melihat seseorang dari sukunya dibunuh suku lain dan ia pikir tak ada yang melihatnya. Kejadian ini mempengaruhi secara moral dan mental Musa pada malam-malam setelah kejadian itu dan Ia ingin bertobat dan bertanggung jawab. Inilah pesan moral yang berusaha diceritakan Quran dalam ayat tentang Isra Miraj itu.
Lantas apa makna kata Shola yang terdapat dalam Quran ?
Dalam membaca satu ayat dalam Quran harus dipahami konteks thema ceritanya sehingga ayat-ayat disekitarnya harus juga dibaca. Tidak dapat sepotong-sepotong. Selain itu seperti halnya setiap kata normalnya selalu punya arti yang sama atau konsisten atau padan. Suatu kata berfungsi untuk menerangkan tergantung dari konteks cerita yang dimaksud didalamnya. Itulah sebabnya kata Shola ini dalam Quran dipakai untuk menerangkan berbagai masalah atau thema. Tetapi anehnya walaupun kata shola sering dipakai menjelaskan suatu masalah secara detail untuk berbagai masalah seperti perjanjian, hubungan etika keluarga, kawin-cerai dan lain-lain. Tidak satupun yang menjelaskan tentang ritual sholat lima waktu seperti jumlah rakaat dan bacaan dalam sholat. Padahal sholat dalam dunia Islam adalah hidup matinya agama. Kenapa hal yang penting ini tidak ada?
Selain itu kata shola sering dipakai jauh ke belakang sebelum masa Muhammad dimana perintah sholat 5 waktu itu terjadi. Shola dalam Quran dikaitkan dengan Zakaria, dengan Shuaib dengan Maryam dan dengan bayi Isa. Apakah nabi Isa yang masih bayi sudah bisa melakukan ritual sholat? Lebih hebat lagi sholat juga dikaitkan dengan orang kafir. Jadi pastilah bahwa kata shola yang dimaksud dalam Quran bukanlah ritual sholat.
Pengucapan sholat yang biasa kita dengar sehari-hari sebetulnya tidak ada dalam Quran melainkan diucapkan shola (tanpa t). Dalam Quran kata ini sebagaimana kata lain sering mendapat awalan dan akhiran. Dengan awalan 'yu' menjadi 'yusholi' atau 'yushola' dan 'yusholu' dengan awalan 'ya' menjadi 'yashiluna' dan dengan akhiran 'ta' atau 'ti' menjadi 'sholata' atau 'sholati'. Dengan awalan 'mu' menjadi musholin (jamak) atau musholan (tunggal).
Ada dua pendapat akar kata shola berasal yaitu Shod-Lam (SL) dan Shod-Lam-Wa (SLW). Marilah kita lihat argumen-argumen bahwa tidak mungkin shola itu artinya ritual sholat.
1. Bentuk kata "yusholi" dalam dua ayat 33:43 dan 3:39, ulama mengatakan bahwa Zakaria yusoli atau melakukan ritual solat. Tapi pada ayat lain bentuk yang sama yusoli mengatakan bahwa Tuhan dan malaikat juga yusoli pada orang yang beriman. Dari sini jelas bahwa Tuhan dan Malaikat tidak mungkin melakukan ritual sholat. Dan juga bagaimana mungkin dua bentuk kata turunan yang sama mempunyai arti yang berbeda. Padanan kata yang tepat untuk itu adalah komitmen atau hubungan erat. Jadi Zakaria bukan melakukan ritual sholat tetapi ia mempunyai komitmen. Dan Tuhan beserta malaikat juga tentu punya komitmen terhadap orang yang beriman (percaya). Komitmen Tuhan yang paling jelas adalah dibuatnya sorga sebagai imbalan bagi orang yang percaya dan bekerja keras dalam jalan Tuhan.
2. Bentuk kata "Sholu" dalam ayat 33:56 tidak mungkin berisi perintah bahwa orang beriman harus melakukan sholat pada Muhammad. Melainkan perintah bahwa orang beriman harus punya komitmen pada Muhammad. Sebagai mana Muhammad juga harus punya komitmen pada orang yang percaya. Ulama menerjemahkan lain lagi untuk kata sholu ini yaitu menghormati. Terlihat jelas penyalahan arti oleh para ulama ini dimana mestinya satu kata yang sama umumnya mempunyai makna yang sama namun dapat menerangkan situasi yang berbeda-beda. Para ulama jelas telah menyalahi tata bahasa dan meng-klaim bahwa hanya merekalah yang menguasai bahasa Quran.
3. Sebagai contoh lain misalnya dengan awalan 'Mu' yang menerangkan subjek pelaku, seperti muslimin (=orang jamak yang Islam, dan bentuk tunggalnya adalah musliman), muhlisin (=orang jamak yang hasan/baik), mukminin (=orang percaya) dan mukminat. Tetapi anehnya kata awalan 'mu' dengan 'shola' atau mushola menjadi kata 'keterangan tempat' orang melakukan sholat. Padahal sesuai kaidah tatabahasa mestinya orang yang mempunyai sifat shola (mempunyai komitmen) seperti contoh-contoh diatas. Hal ini dilakukan ulama untuk memberikan kesan bahwa tempat sholat itu yang pertama adanya di tanah Mekkah pada jaman Nabi Ibrahim sebab dalam Quran ada kata 'Ibrahima Musholan' (2:125) yang arti sebenarnya adalah Ibrahim orang yang mempunyai komitmen. Padahal Ibrahim menurut Quran tidak pernah pergi ke tanah arab sebab ada ayat yang mengatakan bahwa belum pernah ada utusan lain ke tanah arab selain Muhammad. Hal yang sangat luar biasa dari ulama adalah bentuk jamak dari Musholan yaitu Musholin pada 70:22, 74:43, 107:4 tidak diterjemahkan sebagai 'tempat' dari orang-orang yang sholat melainkan kembali tunduk pada kaidah tata bahasa yaitu musholin sebagai orang jamak bukan tempat? Alangkah absurd, aneh dan tidak konsisten.
4. Sholaatuka dalam 11:87 menceritakan bahwa dengan sholatnya Shuaib ingin merubah kecurangan berdagang pada masyarakat secara turun temurun ditandai dengan pengakuan masyarakat yang mengaku mencontoh dari tindakan orang tua mereka, tentu bukan dengan ritual sholat yang dimaksud karena kita tahu untuk berubah menjadi jujur memerlukan komitmen dan bukan dengan rajin melakukan ritual sholat. Untuk menjadi orang yang jujur tentu mutlak selalu butuh yang namanya komitmen (shola) tetapi tidak mutlak harus rajin sholat ke mesjid bukan? Dari cerita Shuaib ini sangat jelas bahwa kata shola mempunyai makna komitmen dalam hal konteks kejujuran dalam berbisnis.
5. Sholatahu dalam ayat 24:41 juga dipakai untuk menerangkan burung yang terbang. Banyak dari orang Islam yang percaya bahwa burung juga sholat dan ber-tasbih pada Allah dengan cara mereka sendiri yang melahirkan kesan mistis. Cerita mistis seperti ini sangat disukai orang awam. Padahal kalau mereka berhenti nonton sinetron Hidayah dan beralih ke Discovery Channel atau National Geographic mereka akan tahu tentang migrasi burung yang mencakup ratusan ribu kilometer. Kita sebagai manusia merasa rendah dan terpesona dengan semangat burung-burung ini dalam menjalani kehidupannya yang harus melampaui samudra dengan tenaganya sendiri dan selalu konsisten menjaga barisan berbentuk V ketika mereka terbang. Maka Quran benar sekali dalam hal ini bahwa burung mempunyai shola-nya sendiri atau komitmen penuh pada hidup yang telah digariskan Tuhan. Jika kita mau belajar dari keterangan Quran mengenai semacam komitmen dari burung itu maka ini mempunyai pesan moral yang sangat dalam yaitu jalani hidup kita sebagai manusia yang penuh dengan hidup dalam kebersamaan dan kehidupan. Dan disepanjang jalan yang kadang sedih dan bahagia kita meng-apresiasi dalam kerendahan hati dan memuji ciptaan Tuhan dalam bathin kita yang dalam, setiap detik dalam helaan nafas dan detak jantung. Seperti burung-burung yang terbang itu. Sama sekali jauh dari kesan ritual dan mistis. Tidak ada bacaan-bacaan yang diulang-ulang dalam bahasa yang kita tidak mengerti, tidak ada gerakan-gerakan yang diulang-ulang melainkan pujian yang dinamis tergantung kondisi dan situasi yang kita temukan sehari-hari. Itulah sebabnya Tuhan mempunyai 99 sebutan baik (Al-Asmaul Husna) agar kita bisa memilih dan menyebutnya dengan pelan penuh kerendahan disesuaikan dengan atmosfir yang kita hadapi. Setiap hari kita seolah akan menemukan pelajaran baru untuk memuji Tuhan seperti halnya burung terbang menemukan pemandangan baru dan tidak ada nama-nama lain disebut selain Tuhan. Tidak perlu selalu mengarah pada suatu arah tertentu ketika memuji Tuhan sebab semua arah adalah milikNya jua dan Dia dekat. Sungguh sama sekali ia tidak perlu dikunjungi disuatu tempat tertentu di dunia ini. Dia ada dimanapun kita berada. Salah besar mengira Allah yang mereka sembah adalah Tuhan di Ka'bah Baitullah sehingga menjadi arah kiblat. Bangunan itu akan hancur suatu saat beserta bangunan-bangunan lain. Tetapi Tuhan yang sebenarnya ada setelah bumi hancur sekalipun.
6. Shola-tihim dalam ayat 6:92, 23:2, 70:23, 70:34 dinyatakan oleh ulama seolah-olah bahwa orang yang menunaikan sholat lima waktu selalu dapat dipercaya. Jika saya tanya pada anda apakah anda akan mempercayai seseorang itu karena ia rajin sholat atau karena komitmen dalam konteks mentalitas kejujuran seseorang? Jelas anda akan memilih yang kedua.
7. Shola-tuhum pada ayat 8:35 dinyatakan sebagai sholatnya orang kafir sebagai pembangkangan padahal sehari-hari para ulama selalu positif dalam hal sholat 5 waktu dan selalu memerintahkan untuk dilakukan selalu apapun yang terjadi walaupun kamu tidak mengerti bahasa arab. Tetapi didalam Quran ada sholat yang negatif yaitu orang yang sholat tapi untuk membangkang Tuhan yang mereka sembah? Pernahkan anda mendengar ada orang diluar agama Islam yang sholat tapi tujuannya untuk membangkang Allah seperti yang diterjemahkan ulama dalam ayat tersebut? Ini terasa janggal dan akan tetapi kesulitan logika seperti ini tidak ada bila yang dimaksud itu sebetulnya adalah komitmen. Bahwa kita tahu secara wajar akan adanya banyak orang yang selalu punya komitmen untuk selalu membangkang Tuhan. Jadi memang wajar betul bahwa komitmen atau shola hanyalah merupakan suatu kata yang dapat menerangkan tindakan yang baik dan dapat pula sesuatu yang buruk tergantung dari konteks cerita. Anggapan yang mengatakan ada orang yang suka berpura-pura sholat hanya untuk mendapat pujian adalah anggapan diluar konteks ayat itu sebab orang yang dimaksud dalam konteks cerita adalah orang diluar Islam, ini sangat jelas karena hampir mustahil ada pendeta kristen misalnya, yang melakukan sholat pura-pura karena takut. Bukankah Quran melarang pemaksaan?
Teori bahwa memang ada orang beragama Islam yang sholatnya pura-pura saja juga tetap mempunyai kesulitan logika sebab jika kita lihat dari ajaran Hadis bahwa anak 7 tahun saja dianjurkan untuk dipukul jika tidak menunaikan sholat.
Artinya ada kemungkinan besar anak tersebut akan melakukan sholat tapi sekedar pura-pura saja
yang menurut 8:35 diancam Tuhan untuk merasakan hukuman neraka. Bahkan dalam ayat lain (Al-Maun 4-5) dikatakan "Celakalah bagi orang yang sholat, tapi lalai dalam sholatnya" Jadi orang itu sudah melakukan sholat tapi ia lalai atau tidak khusyu dalam shalatnya, baginya adalah api neraka.
Ayat ini sungguh sangat tegas bahwa orang yang sholat pun celaka! yang artinya hampir seluruh orang beragama Islam akan masuk neraka sebab jarang orang Islam yang sholatnya khusyu.
Jika ada yang beralasan ini hanya bagi orang yang sholat tapi tidak mau menolong orang miskin dan suka pamrih maka kalau begitu sholat itu tidak penting sebab menolong orang miskinlah yang lebih penting karena dapat menggugurkan sholat dan tidak ada ayat yang menggugurkan pahala dari menolong orang miskin hanya karena ia tidak sholat.
Kemudian tidak ada pula satupun ayat yang mengatakan "Celakalah bagi orang yang baik hati dan suka menolong orang miskin", Tetapi justru orang sholatlah yang celaka! ini menandakan posisi mana yang lebih penting. Dan jika yang dimaksud khusyu maka dilihat secara psychology salah satu elemen dari khusyu adalah konsentrasi yang merupakan hal sangat sulit sehingga orang percaya hanya para wali dan alim ulama saja yang dapat mencapai kekhusyuan sehingga waktu saja katanya seolah berhenti dan badan melayang yang pada akhirnya masuk dalam trans dan mencapai puncak kenikmatan.
Jika memang benar ini yang dimaksud Tuhan kenapa hal yang sangat sulit ini dan tingkat keberhasilannya sangat sedikit dihukum sangat berat pula? Apakah benar-benar Tuhan sangat kejam? Sudah capek-capek sholat tapi karena susah konsentrasi (maklum karena alasan yang sangat manusiawi seperti kepikiran hutang dan harga-harga naik terus) dan tidak khusyu maka kita masuk neraka pula?
Ketahuilah hanyalah setan yang akan berkehendak dan sekejam itu. Meditasi seperti halnya ritual sholat dengan harapan bertemu dengan sang pencipta hanyalah merupakan ajaran yang dibawa dari agama Hindu lihat web site ini http://dharana.info/ maka anda akan menemukan kesamaan dengan ajaran para ulama tentang khusyu.
Ajaran dalam Quran sangat sederhana dan mudah itulah sebabnya pantas orang yang melanggar patut di hukum di panasnya api neraka karena sangatlah gampang dan pelanggaran akan dilakukan oleh seorang pembangkang. Apakah anda seorang pembangkang? Kembali pada ayat 8:35 diterangkan bahwa pembangkang yang dimaksud ada dalam 8:36 yaitu orang yang mempunyai komitmen sehingga ia membelanjakan uangnya untuk memutar dan menipu orang lain melanggar aturan Tuhan dalam hal syirik.
Contoh real saat ini dari orang seperti ini adalah para pembesar arab Quraish beserta para ulamanya yang telah merubah ajaran Quran dengan buku-buku hadis yang meng-atas namakan sunnah menjadi ajaran agama yang penuh dengan ritual keagamaan yang mengarah pada tanah air mereka dan tuhan mereka. Padahal Quran untuk seluruh manusia dan kemanusiaan adapun Tuhan dalam Quran tidak dapat diasosiasikan seperti itu. Contoh yang lain seperti Quran sebutkan adalah para ahli agama kristen yang membuat kebohongan dengan cerita Tuhan dalam wujud manusia dan membuat kerajaan tiran.
8. Kita kembali ke surat 107 yaitu surat Al-Ma'un yang secara mudah dapat meng-expose atau membuka tabir lebih jelas bahwa sholat tidak mungkin sebagai istilah untuk ritual sholat. Banyak orang yang hafal surat ini karena pendek tujuh ayat sehingga sering dibaca pada setiap sholat termasuk saya ketika masih percaya begitu saja. Kata yang disebut dalam ayat ini adalah 'musholin' yang merupakan bentuk jamak dan biasa diterjemahkan sebagai 'orang-orang yang mendirikan sholat'. Bentuk tunggalnya adalah 'musholan' namun anehnya tidak diterjemahkan sebagai 'seorang yang sholat' melainkan diterjemahkan sebagai 'tempat' sholat Ibrahim. Kecurangan ini jelas dan untuk menyiasati agar memberi kesan berbeda dari aturan maka dalam keseharian mereka menyebut Mushola (dengan tidak menggunakan akhiran n). Sekarang bersiaplah membuka pikiran anda dan temukan !
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan dien ? (1)
Itulah orang yang menghardik anak yatim, (2)
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (3)
Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat, (4)
(yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya, (5)
orang-orang yang berbuat riya (6)
dan enggan (menolong dengan) barang berguna (7)
Kejanggalan-kejanggalan logika :
a. Menyalahi hukum mereka sendiri bahwa katanya sholat jika tidak dilakukan membatalkan semua amalan lain dan sebagai tiang agama dengan posisi kedua dalam rukun padahal dalam surat diatas jelas sholat membuat celaka jika tidak menolong sesama. Artinya menolonglah yang paling penting sebab tidak ada ayat yang berbunyi : kecelakaan bagi orang yang suka menolong orang miskin dan menyayangi anak yatim ?
b. Katakan jika memang benar ada orang yang riya ketika dia sholat maka menurut ayat diatas dia akan celaka dan semua pasti setuju. Tetapi bagaimana jika ada orang yang menolong orang miskin karena ia riya? Apakah ada ayat yang mengatakan dia akan celaka juga? Tidak ada, paling nilai pahalanya yang agak berkurang tetapi tidak sampai membuatnya celaka. Lagi-lagi terbukti bahwa menolong orang jauh lebih penting dari sholat. Dalam Quran memberi sedekah secara terlihat atau terbuka didepan umum tidak dilarang namun apabila dilakukan secara diam-diam lebih baik.
c. Konteks cerita dalam surat diatas menjadi kacau karena ada dua thema berbeda dalam kalimat yang pendek yaitu menolong dan ritual sholat. Tetapi seluruh kata penghubung menandakan satu thema yaitu komitmen menolong orang yang membutuhkan. Coba lihat perpindahan yang sangat terasa dari ayat 3 ke ayat 4 diatas.
Terlepas dari semuanya bagaimanakah terjemah yang logis dan mendekati kebenaran dari surat diatas adalah sebagai berikut :
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan dien ? (1)
Itulah orang yang menghardik anak yatim, (2)
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (3)
Maka celakalah bagi orang-orang ber-komitmen (berjanji), (4)
(yaitu) orang-orang yang lalai dari janjinya, (5)
orang-orang yang berbuat riya (6)
dan enggan (menolong dengan) barang berguna (7)
Coba renungkan terjemah diatas dan saya pikir tidak ada kesalahan logika karena memang saya hanya menerjemahkan bukan menafsirkan atau membuat intrepetasi. Jika anda membuka kamus kata komitmen erat kaitannya dengan janji. Kemudian maksud dari ayat cocok dengan kenyataan banyaknya orang yang hanya mengumbar janji (termasuk saya kadang-kadang) hanya untuk dipercaya tetapi komitmen yang dijanjikan tidak jua dilaksanakan, maka pantaslah saya akan celaka. Quran dalam berbagai ayat memberi porsi ancaman terhadap para pemimpin yang korup dalam konteks ayat diatas terutama janji-janji komitmen dari sebagian politikus yang saat sebelum pemilihan terlihat riya. Merela lalai dengan komitmen yang pernah dijanjikan. Mereka tidak takut lagi menebar janji-janji kosong karena toh bagi mereka yang penting sudah menunaikan shalat 5 waktu sebab dari ajaran para ulama ketika kamu mati yang pertama diperiksa adalah sholatnya, soal melanggar janji itu biasa. Terlihat ini sangat bertentangan dengan surat Al-Ma'un dan mereka lebih mempercayai apa kata ulama daripada kata Quran. Sehingga kuat dugaan saya sholat 5 waktu hanyalah teknik musuh Tuhan untuk menyamarkan tujuan murni Al-Quran. Mereka telah berhasil karena memang ritual sholat terlihat begitu khidmat dan cocok dengan pola pikir tradisional yang telah lama dalam hal meditasi, pensucian diri, daya mistis, sakral dan persembahan. Sebaliknya ajaran Quran lebih sensible modern dan pragmatis dan dekat kearah usaha, keringat dan kerja keras untuk kemanusiaan dan konservasi alam sebagai pencapaian kesucian diri di jalan Tuhan dan mengajarkan bahwa keluarnya harta, usaha dan segala pengorbanan adalah hal yang utama dibandingkan dengan menjauhkan diri dari permasalahan kehidupan kemanusiaan dan tenggelam dalam acara ritual dan buaian mimpi kekhusyuan. Quran mengajarkan pelayanan atau service terhadap kenyataan kehidupan disekitar dan bukan ritual ibadah sesembahan. Karena sebetulnya penting diketahui 'ibadah' dari akar kata a'bdi (Ain-Ba-Da) dalam Quran seperti kata 'abdihi' dalam 17:1 sepakat diartikan hamba, pelayan atau servant dan bukan penyembah ritual. Seorang pelayan logisnya bekerja menghasilkan sesuatu sedangkan kita tahu dalam acara ritual seperti sholat tidak ada kerja yang dihasilkan karena hanya menyembah-nyembah. Siapapun pasti tidak mau punya pelayan yang kerjanya hanya hormat-hormatan membungkuk dan bersujud saja didepan anda tanpa kerja yang nyata. Majikan mana yang tidak bosan dengan pelayan seperti ini?
Apakah anda pikir Tuhan mau orang yang seperti ini? Malahan kita tahu justru hanya tuhan-tuhanan sesembahan manusia yang suka disembah-sembah semacam itu bukan? Jadi ibadah pada Tuhan bukan berarti menyembah secara ritual tetapi mengabdi (sebagai hamba), melayani (serve) perintah atau titah Tuhan. Surat Al-maun adalah salah satu contoh perintah itu dimana kita harus memenuhi komitmen terhadap anak yatim dan orang miskin dan menolong orang yang memerlukan. Sesederhana itu saja.
Tata cara ritual sholat lima waktu yang kita kenal sekarang dan merupakan hal yang paling penting wajib dilakukan penganut agama Islam jika tidak ingin masuk neraka, ternyata tidak ditemukan dalam Quran. Dan oleh karena itu harus merujuk pada sumber selain Quran yaitu buku karangan dari Bukhari dan Muslim yang hidup 2 abad setelah Muhammad wafat. Kejadian asal mula perintah sholat-pun yaitu Isra Miraj yang merupakan hal yang paling penting dalam ajaran ulama merupakan kejadian dimana perintah sholat diberikan pada Muhammad juga sama sekali tidak terekam dalam Quran.
Kisah yang seolah-olah menyerupai kejadian perjalanan itu dalam Quran adalah kisah seorang hamba berpindah dari Al-masjidil Al-Harami ke Al-masjidil Al-Aqsa (para ulama mengatakan dari mesjid Haram di Mekah ke mesjid Aqsa di Palestina) yang terdapat dalam satu ayat saja yaitu dalam ayat (17 :1). Jika mau jujur kisah ini bukan menceritakan kisah Muhammad melainkan kisah Nabi Musa. Sebab dalam ayat pertama yang merupakan awal dari surat Al-Isra menceritakan perpindahan seseorang hamba Tuhan dan secara langsung diterangkan pada ayat kedua (17:2) bahwa hamba tersebut adalah Musa.
Dalam buku-buku hadis sebaliknya kejadian Isra Miraj merupakan cerita yang paling panjang. Namun sangat-sangat tidak masuk akal sebab terjadi tawar-menawar antara Tuhan dan Muhammad seperti tawar menawar yang biasa terjadi jika kita berbelanja di pasar-pasar. Tawar menawar itu adalah berapa banyak sholat harus dilakukan dalam sehari. Tuhan menginginkan 50 kali dalam sehari namun setelah melalui tawar menawar yang sengit pada akhirnya turun sedikit demi sedikit dengan bantuan Roh Musa dan Ibrahim dapat ditawar hingga hanya 5 kali sehari saja . Belum lagi cerita bahwa Muhammad naik ke kerajaan Allah dengan menggunakan sejenis binatang bernama Bouraq sangatlah mengada-ada. Dan satupun tak ada keterangan mengenai ini semua dalam Quran. Jika seseorang menggunakan nalar dan ingin mempercayai Quran secara penuh tentu akan menilai bahwa kisah itu adalah bohong semata. Ada diantaranya yang marah dengan cerita tawar-menawar ini dilihat dari sisi Muhammad yang dianggap bodoh karena harus terus-menerus dinasihati Musa yang menyuruhnya balik lagi ke hadapan Allah karena perintahnya terlalu berat. Cobalah kita pikir lebih mendalam lagi apakah patut kita mempercayai cerita seperti ini?
Esensi dari kejadian Isra Miraj dalam Quran sebetulnya adalah pelajaran moral bagi manusia yang diambil dari kisah kehidupan Musa dimana ia melalui suatu proses atau berpindah dari keadaan Al-masjidil Al-harami atau patuh (masjidil = patuh dari akar kata sujud) hanya karena adanya larangan (haram=larangan) ke keadaan dimana ia mencapai level yang lebih jauh (aqsa=jauh). Pesan yang sangat dalam maknanya ini dan menuntut intelektualitas dan perenungan, oleh para ulama dirubah dengan mengatakan mesjid haram itu dekat dan mesjid aqsa jauh sebab adanya di Palestina? suatu anggapan yang dapat membuat geli dan sama sekali sekali tidak mengandung pesan moral. Analogi dari Al-Masjidil Al-harami adalah patuh karena adanya perangkat hukum seperti pengemudi yang tidak berani melanggar lampu merah karena ia melihat polisi. Ini adalah bentuk kepatuhan dasar. Selanjutnya Al-masjidi Al-Aqsa adalah bentuk yang lebih jauh dari kepatuhan yaitu kesadaran diri sendiri untuk tidak melanggar hukum walaupun ia tidak melihat polisi berdiri.
Seperti kita tahu dalam Quran juga bahwa Musa pernah membunuh orang dengan alasan yang tidak tepat. Karena ia dendam demi melihat seseorang dari sukunya dibunuh suku lain dan ia pikir tak ada yang melihatnya. Kejadian ini mempengaruhi secara moral dan mental Musa pada malam-malam setelah kejadian itu dan Ia ingin bertobat dan bertanggung jawab. Inilah pesan moral yang berusaha diceritakan Quran dalam ayat tentang Isra Miraj itu.
Lantas apa makna kata Shola yang terdapat dalam Quran ?
Dalam membaca satu ayat dalam Quran harus dipahami konteks thema ceritanya sehingga ayat-ayat disekitarnya harus juga dibaca. Tidak dapat sepotong-sepotong. Selain itu seperti halnya setiap kata normalnya selalu punya arti yang sama atau konsisten atau padan. Suatu kata berfungsi untuk menerangkan tergantung dari konteks cerita yang dimaksud didalamnya. Itulah sebabnya kata Shola ini dalam Quran dipakai untuk menerangkan berbagai masalah atau thema. Tetapi anehnya walaupun kata shola sering dipakai menjelaskan suatu masalah secara detail untuk berbagai masalah seperti perjanjian, hubungan etika keluarga, kawin-cerai dan lain-lain. Tidak satupun yang menjelaskan tentang ritual sholat lima waktu seperti jumlah rakaat dan bacaan dalam sholat. Padahal sholat dalam dunia Islam adalah hidup matinya agama. Kenapa hal yang penting ini tidak ada?
Selain itu kata shola sering dipakai jauh ke belakang sebelum masa Muhammad dimana perintah sholat 5 waktu itu terjadi. Shola dalam Quran dikaitkan dengan Zakaria, dengan Shuaib dengan Maryam dan dengan bayi Isa. Apakah nabi Isa yang masih bayi sudah bisa melakukan ritual sholat? Lebih hebat lagi sholat juga dikaitkan dengan orang kafir. Jadi pastilah bahwa kata shola yang dimaksud dalam Quran bukanlah ritual sholat.
Pengucapan sholat yang biasa kita dengar sehari-hari sebetulnya tidak ada dalam Quran melainkan diucapkan shola (tanpa t). Dalam Quran kata ini sebagaimana kata lain sering mendapat awalan dan akhiran. Dengan awalan 'yu' menjadi 'yusholi' atau 'yushola' dan 'yusholu' dengan awalan 'ya' menjadi 'yashiluna' dan dengan akhiran 'ta' atau 'ti' menjadi 'sholata' atau 'sholati'. Dengan awalan 'mu' menjadi musholin (jamak) atau musholan (tunggal).
Ada dua pendapat akar kata shola berasal yaitu Shod-Lam (SL) dan Shod-Lam-Wa (SLW). Marilah kita lihat argumen-argumen bahwa tidak mungkin shola itu artinya ritual sholat.
1. Bentuk kata "yusholi" dalam dua ayat 33:43 dan 3:39, ulama mengatakan bahwa Zakaria yusoli atau melakukan ritual solat. Tapi pada ayat lain bentuk yang sama yusoli mengatakan bahwa Tuhan dan malaikat juga yusoli pada orang yang beriman. Dari sini jelas bahwa Tuhan dan Malaikat tidak mungkin melakukan ritual sholat. Dan juga bagaimana mungkin dua bentuk kata turunan yang sama mempunyai arti yang berbeda. Padanan kata yang tepat untuk itu adalah komitmen atau hubungan erat. Jadi Zakaria bukan melakukan ritual sholat tetapi ia mempunyai komitmen. Dan Tuhan beserta malaikat juga tentu punya komitmen terhadap orang yang beriman (percaya). Komitmen Tuhan yang paling jelas adalah dibuatnya sorga sebagai imbalan bagi orang yang percaya dan bekerja keras dalam jalan Tuhan.
2. Bentuk kata "Sholu" dalam ayat 33:56 tidak mungkin berisi perintah bahwa orang beriman harus melakukan sholat pada Muhammad. Melainkan perintah bahwa orang beriman harus punya komitmen pada Muhammad. Sebagai mana Muhammad juga harus punya komitmen pada orang yang percaya. Ulama menerjemahkan lain lagi untuk kata sholu ini yaitu menghormati. Terlihat jelas penyalahan arti oleh para ulama ini dimana mestinya satu kata yang sama umumnya mempunyai makna yang sama namun dapat menerangkan situasi yang berbeda-beda. Para ulama jelas telah menyalahi tata bahasa dan meng-klaim bahwa hanya merekalah yang menguasai bahasa Quran.
3. Sebagai contoh lain misalnya dengan awalan 'Mu' yang menerangkan subjek pelaku, seperti muslimin (=orang jamak yang Islam, dan bentuk tunggalnya adalah musliman), muhlisin (=orang jamak yang hasan/baik), mukminin (=orang percaya) dan mukminat. Tetapi anehnya kata awalan 'mu' dengan 'shola' atau mushola menjadi kata 'keterangan tempat' orang melakukan sholat. Padahal sesuai kaidah tatabahasa mestinya orang yang mempunyai sifat shola (mempunyai komitmen) seperti contoh-contoh diatas. Hal ini dilakukan ulama untuk memberikan kesan bahwa tempat sholat itu yang pertama adanya di tanah Mekkah pada jaman Nabi Ibrahim sebab dalam Quran ada kata 'Ibrahima Musholan' (2:125) yang arti sebenarnya adalah Ibrahim orang yang mempunyai komitmen. Padahal Ibrahim menurut Quran tidak pernah pergi ke tanah arab sebab ada ayat yang mengatakan bahwa belum pernah ada utusan lain ke tanah arab selain Muhammad. Hal yang sangat luar biasa dari ulama adalah bentuk jamak dari Musholan yaitu Musholin pada 70:22, 74:43, 107:4 tidak diterjemahkan sebagai 'tempat' dari orang-orang yang sholat melainkan kembali tunduk pada kaidah tata bahasa yaitu musholin sebagai orang jamak bukan tempat? Alangkah absurd, aneh dan tidak konsisten.
4. Sholaatuka dalam 11:87 menceritakan bahwa dengan sholatnya Shuaib ingin merubah kecurangan berdagang pada masyarakat secara turun temurun ditandai dengan pengakuan masyarakat yang mengaku mencontoh dari tindakan orang tua mereka, tentu bukan dengan ritual sholat yang dimaksud karena kita tahu untuk berubah menjadi jujur memerlukan komitmen dan bukan dengan rajin melakukan ritual sholat. Untuk menjadi orang yang jujur tentu mutlak selalu butuh yang namanya komitmen (shola) tetapi tidak mutlak harus rajin sholat ke mesjid bukan? Dari cerita Shuaib ini sangat jelas bahwa kata shola mempunyai makna komitmen dalam hal konteks kejujuran dalam berbisnis.
5. Sholatahu dalam ayat 24:41 juga dipakai untuk menerangkan burung yang terbang. Banyak dari orang Islam yang percaya bahwa burung juga sholat dan ber-tasbih pada Allah dengan cara mereka sendiri yang melahirkan kesan mistis. Cerita mistis seperti ini sangat disukai orang awam. Padahal kalau mereka berhenti nonton sinetron Hidayah dan beralih ke Discovery Channel atau National Geographic mereka akan tahu tentang migrasi burung yang mencakup ratusan ribu kilometer. Kita sebagai manusia merasa rendah dan terpesona dengan semangat burung-burung ini dalam menjalani kehidupannya yang harus melampaui samudra dengan tenaganya sendiri dan selalu konsisten menjaga barisan berbentuk V ketika mereka terbang. Maka Quran benar sekali dalam hal ini bahwa burung mempunyai shola-nya sendiri atau komitmen penuh pada hidup yang telah digariskan Tuhan. Jika kita mau belajar dari keterangan Quran mengenai semacam komitmen dari burung itu maka ini mempunyai pesan moral yang sangat dalam yaitu jalani hidup kita sebagai manusia yang penuh dengan hidup dalam kebersamaan dan kehidupan. Dan disepanjang jalan yang kadang sedih dan bahagia kita meng-apresiasi dalam kerendahan hati dan memuji ciptaan Tuhan dalam bathin kita yang dalam, setiap detik dalam helaan nafas dan detak jantung. Seperti burung-burung yang terbang itu. Sama sekali jauh dari kesan ritual dan mistis. Tidak ada bacaan-bacaan yang diulang-ulang dalam bahasa yang kita tidak mengerti, tidak ada gerakan-gerakan yang diulang-ulang melainkan pujian yang dinamis tergantung kondisi dan situasi yang kita temukan sehari-hari. Itulah sebabnya Tuhan mempunyai 99 sebutan baik (Al-Asmaul Husna) agar kita bisa memilih dan menyebutnya dengan pelan penuh kerendahan disesuaikan dengan atmosfir yang kita hadapi. Setiap hari kita seolah akan menemukan pelajaran baru untuk memuji Tuhan seperti halnya burung terbang menemukan pemandangan baru dan tidak ada nama-nama lain disebut selain Tuhan. Tidak perlu selalu mengarah pada suatu arah tertentu ketika memuji Tuhan sebab semua arah adalah milikNya jua dan Dia dekat. Sungguh sama sekali ia tidak perlu dikunjungi disuatu tempat tertentu di dunia ini. Dia ada dimanapun kita berada. Salah besar mengira Allah yang mereka sembah adalah Tuhan di Ka'bah Baitullah sehingga menjadi arah kiblat. Bangunan itu akan hancur suatu saat beserta bangunan-bangunan lain. Tetapi Tuhan yang sebenarnya ada setelah bumi hancur sekalipun.
6. Shola-tihim dalam ayat 6:92, 23:2, 70:23, 70:34 dinyatakan oleh ulama seolah-olah bahwa orang yang menunaikan sholat lima waktu selalu dapat dipercaya. Jika saya tanya pada anda apakah anda akan mempercayai seseorang itu karena ia rajin sholat atau karena komitmen dalam konteks mentalitas kejujuran seseorang? Jelas anda akan memilih yang kedua.
7. Shola-tuhum pada ayat 8:35 dinyatakan sebagai sholatnya orang kafir sebagai pembangkangan padahal sehari-hari para ulama selalu positif dalam hal sholat 5 waktu dan selalu memerintahkan untuk dilakukan selalu apapun yang terjadi walaupun kamu tidak mengerti bahasa arab. Tetapi didalam Quran ada sholat yang negatif yaitu orang yang sholat tapi untuk membangkang Tuhan yang mereka sembah? Pernahkan anda mendengar ada orang diluar agama Islam yang sholat tapi tujuannya untuk membangkang Allah seperti yang diterjemahkan ulama dalam ayat tersebut? Ini terasa janggal dan akan tetapi kesulitan logika seperti ini tidak ada bila yang dimaksud itu sebetulnya adalah komitmen. Bahwa kita tahu secara wajar akan adanya banyak orang yang selalu punya komitmen untuk selalu membangkang Tuhan. Jadi memang wajar betul bahwa komitmen atau shola hanyalah merupakan suatu kata yang dapat menerangkan tindakan yang baik dan dapat pula sesuatu yang buruk tergantung dari konteks cerita. Anggapan yang mengatakan ada orang yang suka berpura-pura sholat hanya untuk mendapat pujian adalah anggapan diluar konteks ayat itu sebab orang yang dimaksud dalam konteks cerita adalah orang diluar Islam, ini sangat jelas karena hampir mustahil ada pendeta kristen misalnya, yang melakukan sholat pura-pura karena takut. Bukankah Quran melarang pemaksaan?
Teori bahwa memang ada orang beragama Islam yang sholatnya pura-pura saja juga tetap mempunyai kesulitan logika sebab jika kita lihat dari ajaran Hadis bahwa anak 7 tahun saja dianjurkan untuk dipukul jika tidak menunaikan sholat.
Artinya ada kemungkinan besar anak tersebut akan melakukan sholat tapi sekedar pura-pura saja
yang menurut 8:35 diancam Tuhan untuk merasakan hukuman neraka. Bahkan dalam ayat lain (Al-Maun 4-5) dikatakan "Celakalah bagi orang yang sholat, tapi lalai dalam sholatnya" Jadi orang itu sudah melakukan sholat tapi ia lalai atau tidak khusyu dalam shalatnya, baginya adalah api neraka.
Ayat ini sungguh sangat tegas bahwa orang yang sholat pun celaka! yang artinya hampir seluruh orang beragama Islam akan masuk neraka sebab jarang orang Islam yang sholatnya khusyu.
Jika ada yang beralasan ini hanya bagi orang yang sholat tapi tidak mau menolong orang miskin dan suka pamrih maka kalau begitu sholat itu tidak penting sebab menolong orang miskinlah yang lebih penting karena dapat menggugurkan sholat dan tidak ada ayat yang menggugurkan pahala dari menolong orang miskin hanya karena ia tidak sholat.
Kemudian tidak ada pula satupun ayat yang mengatakan "Celakalah bagi orang yang baik hati dan suka menolong orang miskin", Tetapi justru orang sholatlah yang celaka! ini menandakan posisi mana yang lebih penting. Dan jika yang dimaksud khusyu maka dilihat secara psychology salah satu elemen dari khusyu adalah konsentrasi yang merupakan hal sangat sulit sehingga orang percaya hanya para wali dan alim ulama saja yang dapat mencapai kekhusyuan sehingga waktu saja katanya seolah berhenti dan badan melayang yang pada akhirnya masuk dalam trans dan mencapai puncak kenikmatan.
Jika memang benar ini yang dimaksud Tuhan kenapa hal yang sangat sulit ini dan tingkat keberhasilannya sangat sedikit dihukum sangat berat pula? Apakah benar-benar Tuhan sangat kejam? Sudah capek-capek sholat tapi karena susah konsentrasi (maklum karena alasan yang sangat manusiawi seperti kepikiran hutang dan harga-harga naik terus) dan tidak khusyu maka kita masuk neraka pula?
Ketahuilah hanyalah setan yang akan berkehendak dan sekejam itu. Meditasi seperti halnya ritual sholat dengan harapan bertemu dengan sang pencipta hanyalah merupakan ajaran yang dibawa dari agama Hindu lihat web site ini http://dharana.info/ maka anda akan menemukan kesamaan dengan ajaran para ulama tentang khusyu.
Ajaran dalam Quran sangat sederhana dan mudah itulah sebabnya pantas orang yang melanggar patut di hukum di panasnya api neraka karena sangatlah gampang dan pelanggaran akan dilakukan oleh seorang pembangkang. Apakah anda seorang pembangkang? Kembali pada ayat 8:35 diterangkan bahwa pembangkang yang dimaksud ada dalam 8:36 yaitu orang yang mempunyai komitmen sehingga ia membelanjakan uangnya untuk memutar dan menipu orang lain melanggar aturan Tuhan dalam hal syirik.
Contoh real saat ini dari orang seperti ini adalah para pembesar arab Quraish beserta para ulamanya yang telah merubah ajaran Quran dengan buku-buku hadis yang meng-atas namakan sunnah menjadi ajaran agama yang penuh dengan ritual keagamaan yang mengarah pada tanah air mereka dan tuhan mereka. Padahal Quran untuk seluruh manusia dan kemanusiaan adapun Tuhan dalam Quran tidak dapat diasosiasikan seperti itu. Contoh yang lain seperti Quran sebutkan adalah para ahli agama kristen yang membuat kebohongan dengan cerita Tuhan dalam wujud manusia dan membuat kerajaan tiran.
8. Kita kembali ke surat 107 yaitu surat Al-Ma'un yang secara mudah dapat meng-expose atau membuka tabir lebih jelas bahwa sholat tidak mungkin sebagai istilah untuk ritual sholat. Banyak orang yang hafal surat ini karena pendek tujuh ayat sehingga sering dibaca pada setiap sholat termasuk saya ketika masih percaya begitu saja. Kata yang disebut dalam ayat ini adalah 'musholin' yang merupakan bentuk jamak dan biasa diterjemahkan sebagai 'orang-orang yang mendirikan sholat'. Bentuk tunggalnya adalah 'musholan' namun anehnya tidak diterjemahkan sebagai 'seorang yang sholat' melainkan diterjemahkan sebagai 'tempat' sholat Ibrahim. Kecurangan ini jelas dan untuk menyiasati agar memberi kesan berbeda dari aturan maka dalam keseharian mereka menyebut Mushola (dengan tidak menggunakan akhiran n). Sekarang bersiaplah membuka pikiran anda dan temukan !
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan dien ? (1)
Itulah orang yang menghardik anak yatim, (2)
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (3)
Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat, (4)
(yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya, (5)
orang-orang yang berbuat riya (6)
dan enggan (menolong dengan) barang berguna (7)
Kejanggalan-kejanggalan logika :
a. Menyalahi hukum mereka sendiri bahwa katanya sholat jika tidak dilakukan membatalkan semua amalan lain dan sebagai tiang agama dengan posisi kedua dalam rukun padahal dalam surat diatas jelas sholat membuat celaka jika tidak menolong sesama. Artinya menolonglah yang paling penting sebab tidak ada ayat yang berbunyi : kecelakaan bagi orang yang suka menolong orang miskin dan menyayangi anak yatim ?
b. Katakan jika memang benar ada orang yang riya ketika dia sholat maka menurut ayat diatas dia akan celaka dan semua pasti setuju. Tetapi bagaimana jika ada orang yang menolong orang miskin karena ia riya? Apakah ada ayat yang mengatakan dia akan celaka juga? Tidak ada, paling nilai pahalanya yang agak berkurang tetapi tidak sampai membuatnya celaka. Lagi-lagi terbukti bahwa menolong orang jauh lebih penting dari sholat. Dalam Quran memberi sedekah secara terlihat atau terbuka didepan umum tidak dilarang namun apabila dilakukan secara diam-diam lebih baik.
c. Konteks cerita dalam surat diatas menjadi kacau karena ada dua thema berbeda dalam kalimat yang pendek yaitu menolong dan ritual sholat. Tetapi seluruh kata penghubung menandakan satu thema yaitu komitmen menolong orang yang membutuhkan. Coba lihat perpindahan yang sangat terasa dari ayat 3 ke ayat 4 diatas.
Terlepas dari semuanya bagaimanakah terjemah yang logis dan mendekati kebenaran dari surat diatas adalah sebagai berikut :
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan dien ? (1)
Itulah orang yang menghardik anak yatim, (2)
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (3)
Maka celakalah bagi orang-orang ber-komitmen (berjanji), (4)
(yaitu) orang-orang yang lalai dari janjinya, (5)
orang-orang yang berbuat riya (6)
dan enggan (menolong dengan) barang berguna (7)
Coba renungkan terjemah diatas dan saya pikir tidak ada kesalahan logika karena memang saya hanya menerjemahkan bukan menafsirkan atau membuat intrepetasi. Jika anda membuka kamus kata komitmen erat kaitannya dengan janji. Kemudian maksud dari ayat cocok dengan kenyataan banyaknya orang yang hanya mengumbar janji (termasuk saya kadang-kadang) hanya untuk dipercaya tetapi komitmen yang dijanjikan tidak jua dilaksanakan, maka pantaslah saya akan celaka. Quran dalam berbagai ayat memberi porsi ancaman terhadap para pemimpin yang korup dalam konteks ayat diatas terutama janji-janji komitmen dari sebagian politikus yang saat sebelum pemilihan terlihat riya. Merela lalai dengan komitmen yang pernah dijanjikan. Mereka tidak takut lagi menebar janji-janji kosong karena toh bagi mereka yang penting sudah menunaikan shalat 5 waktu sebab dari ajaran para ulama ketika kamu mati yang pertama diperiksa adalah sholatnya, soal melanggar janji itu biasa. Terlihat ini sangat bertentangan dengan surat Al-Ma'un dan mereka lebih mempercayai apa kata ulama daripada kata Quran. Sehingga kuat dugaan saya sholat 5 waktu hanyalah teknik musuh Tuhan untuk menyamarkan tujuan murni Al-Quran. Mereka telah berhasil karena memang ritual sholat terlihat begitu khidmat dan cocok dengan pola pikir tradisional yang telah lama dalam hal meditasi, pensucian diri, daya mistis, sakral dan persembahan. Sebaliknya ajaran Quran lebih sensible modern dan pragmatis dan dekat kearah usaha, keringat dan kerja keras untuk kemanusiaan dan konservasi alam sebagai pencapaian kesucian diri di jalan Tuhan dan mengajarkan bahwa keluarnya harta, usaha dan segala pengorbanan adalah hal yang utama dibandingkan dengan menjauhkan diri dari permasalahan kehidupan kemanusiaan dan tenggelam dalam acara ritual dan buaian mimpi kekhusyuan. Quran mengajarkan pelayanan atau service terhadap kenyataan kehidupan disekitar dan bukan ritual ibadah sesembahan. Karena sebetulnya penting diketahui 'ibadah' dari akar kata a'bdi (Ain-Ba-Da) dalam Quran seperti kata 'abdihi' dalam 17:1 sepakat diartikan hamba, pelayan atau servant dan bukan penyembah ritual. Seorang pelayan logisnya bekerja menghasilkan sesuatu sedangkan kita tahu dalam acara ritual seperti sholat tidak ada kerja yang dihasilkan karena hanya menyembah-nyembah. Siapapun pasti tidak mau punya pelayan yang kerjanya hanya hormat-hormatan membungkuk dan bersujud saja didepan anda tanpa kerja yang nyata. Majikan mana yang tidak bosan dengan pelayan seperti ini?
Apakah anda pikir Tuhan mau orang yang seperti ini? Malahan kita tahu justru hanya tuhan-tuhanan sesembahan manusia yang suka disembah-sembah semacam itu bukan? Jadi ibadah pada Tuhan bukan berarti menyembah secara ritual tetapi mengabdi (sebagai hamba), melayani (serve) perintah atau titah Tuhan. Surat Al-maun adalah salah satu contoh perintah itu dimana kita harus memenuhi komitmen terhadap anak yatim dan orang miskin dan menolong orang yang memerlukan. Sesederhana itu saja.
Kembali kehalama Utama
0 ulasan:
Posting Komentar